LENGKONG, AYOBANDUNG.COM--
Seorang pria berkaus putih kusam duduk
dengan raut muka kesal di balik jeruji. Duduknya gelisah, sesekali
merintih. Ia berdiri dan kemudian meluapkan emosinya sambil berteriak.
"Eweuh ampun pikeun anu ngalawan pamarentah. Hukum na beurat. Kuring
dituding subversif. Kuring dituduh anggota teroris anu ngalawan
pamarentah. Kukituna kuring kudu dihukum beurat," ungkap pria tersebut.
Dirinya bermonolog meluapkan keluhan mengenai kondisinya. Dia yang
merupakan santri di sebuah pesantren harus mendekam di penjara karena
tudingan yang baginya tidak berdasar.
"Kuring mah ngan saukur cicingeun, kuuleun, jeung carang takol, anu
hayang ngabela bebeneran. Tapi naha kuring diberok?" keluhnya.
Monolog di atas merupakan cuplikan penampilan mahasiswa Universitas
Kebangsaan, Maulana Yusup, yang memeragakan naskah berbahasa Sunda,
"Diberok" karya Deni A. Fajar.
Yusuf kala itu tampil dalam rangka gelaran Keproduksian-28 yang diinisiasi oleh Teater Lima Wajah Universitas Kebangsaan.
Selain Yusuf, dua orang mahasiswi juga tampil bermonolog dengan
naskah lain berbahasa Indonesia, yakni Kerinduan Terhadap Cinta karya
Achmad Dayari, dan Kenang-kenangan Wanita Pemalu karya WS. Rendra.
"Ini merupakan persiapan dari pasanggiri (perlombaan) di empat
tempat," jelas sang sutradara sekaligus pembina teater, Agus Sudrajat
ketika ditemui di kampus Universitas Kebangsaan, jalan Terusan Halimun,
belum lama ini.
Teater yang telah berdiri sejak 1991 tersebut sempat vakum cukup lama dan kembali aktif pada 2015 lalu.
"Saya mencoba untuk menghidupkan kembali juga mengkaderisasi
mahasiswa dengan dua program, yaitu produksi dan resital,"jelasnya.
Dia yang juga merupakan pegiat di Teater Sunda Kiwari berniat
mewadahi para peminat teater di kampus tersebut maupun khalayak umum.
"Teater ini menampung minat-minat mahasiswa maupun yang di luar
kampus. Kita tidak mengeksklusifkan diri hanya untuk mahasiswa
Universitas Kebangsaan," tuturnya.
Meski demikian, dia mengaku tujuan utamanya menghidupkan kembali teater tersebut bukanlah semata untuk mencetak teaterawan.
"Penguasaan peran adalah bonus. Saya ingin memberi pendidikan ilmu
terapannya dengan melatih mereka rajin membaca naskah dan menghapal,"
ungkapnya.
Sepengalamannya, anak-anak dan mahasiswa saat ini kurang memiliki
kepercayaan diri. Dengan berlatih teater, ia berharap hal tersebut dapat
membantu orang untuk mampu keluar dari zona nyaman.
"Di teater kan seseorang harus berani tampi jadi apa saja, jadi orang gila sekalipun," jelasnya seraya tertawa.
UKM Berprestasi
Agus menuturkan, meskipun hanya berbentuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), teater binaannya tergolong berprestasi.
"Meskipun belum juara, April lalu kami berhasil masuk nominasi aktris
terbaik di Festival Drama Bahasa Sunda tingkat umum. Itu adalah
festival bahasa daerah tertua di Jawa Barat, bahkan mungkin satu-satunya
di Indonesia," ungkapnya.
Setelahnya, salah satu anggota teater tersebut dikontak oleh salah satu agensi ibu kota untuk bermain peran di televisi.
Selain itu, banyak di antara anggota yang mendapat beasiswa dari pihak kampus.
"Mayoritas dapat beasiswa karena keaktifannya di kampus, dan bisa mengharumkan nama kampus juga," jelasnya.
Sabtu, 13 Oktober 2018,
AYOBANDUNG.COM -- Nur Khansa Ranawati