"Jam Hiji Dua Puluh Salapan Menit"

Produksi ke-25 Tahun 2016

"K A L A N G S U"

Produksi ke-24 Tahun 2016.

"O R A N G A S I N G"

Resital STIA 2016

GELAR KREATIVITAS SENI MAHASISWA 2017

26 th Teater Lima Wajah.

Pementasan Drama Cucunguk

PRODUKSI Ke-23 Teater Lima Wajah.

Footer

Kamis, 05 Mei 2016

PRODUKSI ke-25 “Jam Hiji Duapuluh Salapan Menit”




PRODUKSI ke-25
TEATER LIMA WAJAH
Universitas Kebangsaan Bandung


Landasan Cerita

Sebagai Negara yang berdaulat, bangsa Indonesia memiliki cita-cita untuk kemajuan bersama. Cita-cita dari bangsa Indonesia itu sendiri, tertulis pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alenia ke 4, diantaranya yang berbunyi “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial...”. Dari kutipan diatas bisa kita simpulkan bahwa cita-cita bangsa Indonesia di bidang hukum adalah menciptakan keadilan sosial untuk semua tanpa pandang bulu. 


Hal yang terjadi adalah sebaliknya, hukum di negeri yang berdaulat ini bagai lelucon yang keadilannya hanya dapat dimiliki oleh kalangan atas. Mereka juga tidak segan mencuri hak rakyat senilai triliyunan rupiah dan bagai tak tahu malu masuk penjara dengan senyum yang menghiasai wajahnya. Ketidak adilan terhadap rakyat tidak hanya sampai disitu, walau telah mendekam di penjara, para tahanan “berduit” tetap bisa menikmati fasilitas hotel bintang lima di dalam jeruji besi, serta mendapatkan remisi atau pengurangan masa hukuman.
Hal yang jauh berbeda harus dirasakan rakyat kecil ketika memperoleh hukum, seorang nenek yang hanya mencuri singkong di kebun perusahaan besar, harus merasakan tinggal di dalam penjara selama berbulan bulan, walau akhirnya perkara bisa didamaikan oleh pengadilan. Disini kita dapat melihat bagaimana kondisi hukum di negara kesatuan republik Indonesia modern ini. Banyak orang bilang, bahwa hukum di buat sama rata untuk semua lapisan masyarakat, hukum tidak dapat dibeli, serta segala pelanggaran hukum harus ditindak sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.









Teater Lima Wajah Universitas Kebangsaan Bandung,  kembali melakukan kegiatan produksi ke-25 dengan menggelar pementasan drama :


Judul Naskah
:
“Jam Hiji  Duapuluh Salapan Menit”
Penulis Naskah
:
Karya : Ayi G. Sasmita
Sutradara
:
Agus Sudrajat

Pelaksanaan Pertama



Hari / Tanggal
:
Sabtu, 16 April 2016
Waktu
:
15.30 WIB
Tempat
:
Aula Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo


Universitas Kebangsaan


Jl.Terusan Halimun No.37 Bandung
Pelaksanaan Kedua


Kegiatan
:
Festival Drama Basa Sunda ke 17


Teater Sunda Kiwari
Hari / Tanggal

Kamis, 5 Mei 2016
Waktu
:
15.30 WIB
Tempat
:
Gedung Kesenian Rumentang Siang


Jl. Baranangsiang No.1 Kosambi Bandung.
 


Para Pemain
·         Witry Rahayu
·         Moch. Ali Rasyid
·         Muji Artiyani
·         Nurfalah
·         Rizki Ramadan
·         Sopiana Hersan
·         Andriansah
·         Anis Haerun N
·         Azizah Putri D
·         Dadan Ramdani
·         Dimas Agung P
·         Faisal A.J
 


Sinopsis Cerita :

Seorang wanita divonis hukuman mati dengan dakwaan telah membunuh dua orang laki-laki, terdakwa sebenarnya adalah korban dari sebuah rekayasa kasus sosial. Kakak beradik saling membunuh karena berebut harta warisan, maka seorang Markus membuat kesepakatan dengan ayah terdakwa dengan imbalan uang berlimpah, maka si Ayah dengan tega menjual anaknya untuk dijadikan terdakwa sebagai pembunuh dua orang anak pejabat.

Terdakwa tidak menerima putusan tersebut,  sebab dirinya merasa tidak pernah melakukan segala apa yang telah dituduhkan, dirinya hanya menjadi korban rekayasa kasus, korban ketidak adilan hukum, tapi apa daya apabila hukum telah dibeli, jaksa tetap menjatuhkan hukuman mati.

Napi

‘’ uing ngan salah sahiji korban tina rebuan kasus teu adilna hukum, pahilina salah jeung bener dihareupeun hukum, sabab hukum jeung keadilan ngan saukur jadi papas, ‘’seukeut ka handap mintul ka luhur’’, naha aranjeun rek caricing bae..?! naha geus teu aya jalma nu boga hate, hengker teu wasa nyieun tindakan…?! Rek tuluy diantep,..?! nepi ka iraha..?! nepi k jalma leutik kapaehan lantaran cape ku ceurik..?! nu kawasa ka paehan lantaran cape ku seuri…?! Kaayaan moal bisa robah ngan ngan ukur diskusi dina tv, ukur ku gerentes hate wungkul, silih salahkeun moal ngarobah sagalana, tindakan anu nyata nu dipihareup ku jalma-jalma model uing…!!!

Saha nu rek nulungan..?! upama iyeu leungeun geus dibangkol kieu..?!

Saha nu rek nulungan..?! upama eksekusi tinggal nungguan menit…!?

Kuburkeun layon keadilan bareng jeung layon uing, tuliskeun kalimah keadilan dina tutunggulna… hiji dua salapan wanci paehna keadilan ….!!!